Wednesday, 31 October 2018

Review Mengenai StartUp Bukalapak.com


achmad-zaky-bukalapak-bukadompet

Peluang bisnis online jika digeluti dengan tekun pasti akan membawa kesuksesan. Kali ini kita akan berkenalan dengan sosok Achmad Zaky, sang pendiri situs BukaLapak.com, salah satu start uppasar online terbesar Indonesia yang sukses. Bagaimana kisah suksesnya?

Meniti karir sebagai pengusaha online bukanlah angannya. Zaky muda tidak pernah mengenal istilah berwirausaha. Pria asal Sragen, Jawa Tengah ini, dulunya bermimpi punya pekerjaan dengan gaji besar. Orang tuanya yang berprofesi sebagai guru mengharapkan putera mereka dapat menjadi pegawai pemerintah juga atau paling tidak memiliki pekerjaan yang memberi penghasilan tetap.

Perkenalan Zaky dengan dunia teknologi bermula saat ia duduk di bangku sekolah dasar. Wakt itu ayahnya membelikan komputer dan buku-buku pemrograman dasar seperti Basic dan Fortran. Zaky ternyata cukup tekun mempelajari ilmu baru tersebut secara otodidak. Kesukaannya pada ilmu komputer membuat pemuda desa ini berhasil ikut berpartisipasi dalam olimpiade komputer tingkat nasional saat ia duduk di bangku SMU.

Untuk mewujudkan mimpinya mendapatkan pekerjaan yang mapan, Zaky pun melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Di bangku kuliah itulah Zaky mulai membangun keinginan memiliki usaha sendiri. “Banyak teman-teman di ITB yang selalu berbicara tentang beriwirausaha. Rasanya saya juga ingin melakukannya,” kata Zaky mengenang.

Di tahun kedua kuliahnya, Zaky membuka usaha pertamanya yaitu warung mie. Modal usahanya diperoleh dari hasil memenangkan lomba komputer. Warungnya menjual mie dengan harga terjangkau bagi kantong mahasiswa. Tak lama berselang ia menutup warungnya. “Saya gagal karena kurang pengalaman. Saya pengen menjual mie yang enak dengan harga murah, akibatnya keuntungan sangat tipis, sehingga pelayanan pun di bawah standar. Ongkosnya gak nutup,” ujar Zaky.

Tetapi ia sama sekali tidak menyerah. Tahun berikutnya, Zaky mulai memanfaatkan keahlian komputernya untuk membuka usaha software yang dinamainya Deft Technology. Pintu cerah bisnis online mulai terbuka ketika Zaky dan timnya berhasil menjuarai kompetisi Indosat Wireless Innovation Contest pada tahun 2007 serta menyabet penghargaan khusus pada ajang Indonesia ICT Awards di tahun berikutnya.

Deft Technology dijalankan selama dua tahun sampai Zaky memutuskan untuk me-rebrandingusahanya menjadi Suitmedia. Melalui Suitmedia, ia menawarkan jasa kreatif dan konsultasi khusus bidang teknologi. Bukalapak.com pun dijalankan sebagai bisnis sampingan sekaligus dijadikan contoh produk bagi klien Suitmedia.

Tak disangka, Bukalapak justru mendapat perhatian dan peluang investasi dari Batavia Incubator. Zaky pun menyadari besarnya peluang bisnis di dunia e-commerce (jual beli dunia maya). Zaky dan tim mulai fokus mengembangkan fitur-fitur dan fasilitas Bukalapak.com. Waktu berlalu dan kini Bukalapak telah menjadi tempat transaksi jual-beli senilai lebih Rp500 juta setiap hari!

Inovasi pun tak henti. Tim Bukalapak.com melihat besarnya peluang ini dan mulai menawarkan platform pembayaran yang disebutnya BukaDompet. Hmmm, bisnis online memang menjanjikan bukan? (techinasia.com)

Dalam empat tahun, Bukalapak.com telah menjadi platform e-commerce papan atas di Indonesia. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari empat faktor.

1.     Bukalapak hadir pada saat dan waktu yang tepat. Bukalapak.com hadir pada saat penetrasi internet di Indonesia sedang tinggi-tingginya, jadi Bukalapak.com itu right time in right place. Eksekutif harus fast, seperti Bukalapak.com, mereka langsung meluncurkan usahanya setelah melihat ada peluang. Pada akhirnya, yang cepat biasanya akan berakhir paling bagus

2.     Bukalapak.com mampu mengembangkan perusahaan lewat internet marketing menggunakan data-driven yang baik sekali.

3.     Startup ini didukung oleh tim yang ahli.

Ketiga faktor tersebut juga diakui Zaky sebagai faktor yang mendorong kesuksesan perusahaan yang dirintisnya. Namun demikioan dia menambahi satu hal lain, yaitu diferensiasi dengan cara merangkul lokalitas. Kekuatan startup di Indonesia adalah embrace locality. Merangkul lokalitas.

Bukalapak.com adalah ecommerce di Indonesia yang dikenal kuat di niche sepeda. didirikan awal 2010 dengan sumber daya sangat terbatas, dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun, Bukalapak.com telah menjadi ecommerce yang sangat diperhitungkan, memiliki 25,000 seller dan 60,000 user, pada pertengahan tahun 2011 Bukalapak.com mendapatkan suntikan dana dari Batavia Incubator untuk ekspansi.

Mari kita simak kisah bagaimana Achmad Zaky, founder dan CEO Bukalapak mendirikan dan membesarkannya dan seperti apa konsep-konsepnya dalam membangun sebuah bisnis.
How to start & get idea
Start awalnya dari ide. Tapi ya ide cuma ide kalau tidak dieksekusi, makanya langkah berikutnya adalah eksekusi, eksekusinya harus continue, terus menerus, fokus dan konsisten, jangan melihat bisnis hanya 6 bulan atau 1 tahun, mikirnya harus long term 6 tahun. Tim penting sekali, di Bukalapak ataupun Suitmedia, recruiting menjadi proses yang luar biasa penting, kami tidak ingin class B people masuk, kami inginnya class A people, orang yang punya kompetensi dan passion, sevisi dengan kita, chemistrynya ada.  3C  yang kami pegang terkait recruitment adalah Commitment, Capability atau Competency satu lagi Compatibility. Harus satu budaya, satu pemahaman, satu pemikiran.
Bagaimana cara dapat ide yang bagus ?
Ide selalu datang dari masalah yang kita hadapi dan kemudian kita hubungkan kompetensi apa yang kita miliki dengan ide atau peluang yang ada, misalnya dulu saya bangun Suitmedia, kami membangun kompetensi untuk membuat website dan desain yang bagus untuk klien, me-marketingkan website dan sebagainya. Di saat yang sama teman-teman kami sering tertipu saat belanja online, hal-hal seperti ini menjadi pijakan untuk kami membuat Bukalapak.com yang ternyata bisa jalan, karena kami punya kompetensi dalam membuat dan me-marketingkan website. Jadi, selalu berawal dari titik apa yang kita punya. Suitmedia dulu berawal dari kompetensi para foundernya di engineering, lalu kami menarik orang design, kok rasanya kompetensi kami di design juga oke, akhirnya kami buat produk yang ternyata jalan.
Kalau Hijup idenya berasal dari karyawan kami, ada yang nyeletuk pingin punya ide jual jilbab online, momentnya pas saat ramadhan, ya sudah kami coba. Kebetulan di kantor ini kami sangat terbuka akan ide. Jika teman-teman ada ide dan manajemen merasa punya potensi pasar, ya sudah kami coba jalankan. Karena resources kami di Suitmedia sudah ada semua, Suitmedia sebagai engine titik awal kami.
Jadi fokus di kompetensi saja, jangan fokus di sesuatu yang bukan di kompetensi kita.
Ide tidak hanya di awal, tetapi juga ada di proses, justru ide yang ada di  saya cenderung setuju kalau ide itu cheap, yang penting eksekusi. Ide gampang ditiru tetapi eksekusinya yang luar biasa sulit ditiru dan tentu saja eksekusi butuh ide. Ide mau buat produk apa, ide untuk menggaet user, strateginya seperti apa, justru saya melihat ide ada di dalam proses.
Masuk niche sepeda karena tidak sengaja
Bukalapak dimulai pada Februari 2010.
Kenapa kami masuk di niche sepeda ?  karena … tidak sengaja !
Tool marketing kami saat itu hanya Facebook. Kami spend Facebook ads hanya sedikit, kami tidak spend budget untuk Adwords, tidak spend budget untuk iklan di majalah, hanya dari teman ke teman yang mengajak join Bukalapak, kami add teman-teman di Facebook dan mengajak mereka. Bahkan orang yang kami tidak kenal juga kami add, misalnya orang yang me-like fanspage suatu toko online, kami kan tidak kenal dan kami hanya merasa orang-orang me-like toko online harusnya suka jualan online. Saat itu kami benar-benar ketok pintu.
Kebetulan kebanyakan dari orang yang kami add ini suka sepeda. Kami juga terbantu beberapa moment seperti sepeda fixie yang waktu itu cukup dashyat, juga Car Free Day.
Kombinasi dari kontinuitas, fokus, targeted pada orang-orang yang menurut kami suka jualan online konsisten mendekati calon pembeli, juga faktor luck karena trend sepeda sedang rising. Hal seperti ini yang akan membangun Bukalapak.com
Pada saat itu hanya 3 orang yang terlibat di Bukalapak, 1 staf full time, 1 bantu-bantu karena aslinya engineer, lalu terakhir saya sendiri, yang paling massive mengundang orang masuk Bukalapak waktu itu saya di sela-sela pekerjaan di Suitmedia atau malam harinya setelah pekerjaan selesai. Itulah kenapa saya memutuskan pindah dari Suitmedia untuk fokus di Bukalapak, karena yang banyak memperjuangkan di awal juga saya, ide Bukalapak waktu itu juga berasal dari saya.
Hal seperti ini dilakukan oleh hanya 2 orang staf kami, 1 staf bantu-bantu karena aslinya engineer, jadi ya 1 orang saja sebenarnya, dibantu oleh saya kami lakukan secara berkelanjutan, sehari 1 orang bisa mengajak 100 orang lewat Facebook messages untuk mengajak orang berjualan di Bukalapak.
Kami menganggap progress Bukalapak saat ini tidak secepat yang kami bayangkan, cobalah lihat Pinterest, Twitter yang tractionnya dahsyat. Dengan pertumbuhan seperti sekarang, mungkin butuh 10 tahun baru bisa selevel dengan tier two website, seperti Okezone misalnya, oleh karena itu kami harus bekerja lebih keras.
Kalau dengan 2 orang staf kami bisa jalan, dengan 10 orang harusnya kami bisa lebih cepat, cara berpikir saya seperti itu, kalau ternyata hasilnya tidak begitu ya berarti ada yang salah.
Traction dan Memecahkan Masalah di Ecommerce
Untuk mendapatkan traction atau result bagus dari suatu marketing effort, startup harus menyelesaikan masalah yang besar atau yang paling matter.
Kalau di Indonesia, untuk E-commerce, challenge di Indonesia itu kepercayaan. Kalau saya tanya kenapa belum belanja online, dari 10 orang yang saya tanya, 8 menjawab tidak percaya, apakah barang yang dibeli bisa sampai, sampainya cepet atau tidak, barangnya apakah cocok dengan ekspektasinya, dari 8 orang ini, 2 orang di antaranya menjawab takut tertipu, menurut saya sebenarnya bukan masalah keamanan, tetapi masalah kepercayaan. Jadi kami harus fokus bagaimana menyelesaikan masalah kepercayaan ini, misalnya mengedukasi seller.
Di ecommerce ada 2 sisi : seller dan buyer. Masalah di sisi seller adalah bagaimana mereka dapat revenue tinggi dan sebaliknya buyer butuh seller yang menjual barang bagus. Keduanya ini harus di manage.
Saya pernah ketemu counter HP, barangnya dia murah, terus saya tanya kenapa tidak jual online? Dia jawab “takut perang harga, di semua forum online pada nawar-nawar, kompetitor juga ikut menurunkan harga”. Kecenderungan sekarang, jualan online juga jadi ajang price war, di sisi lain, pengusaha online ini juga tidak punya brand. Seharusnya mereka bisa menonjolkan service dan kelebihan dia yang lain. Online shop seharusnya branded.
Kami sering membuat kisah sukses dari seller online lalu kami sebar ke Twitter, gunanya untuk mengedukasi rekan-rekan seller bahwa untuk menjadi seller terpercaya itu penting sekali, sekarang juga ada beberapa seller yang berani jual sedikit mahal, karena memiliki banyak rekomendasi, sehingga buyer memilih bayar lebih mahal tetapi barang sampainya cepat dan terpercaya. Aspek ini yang masih kurang di sisi online, saat ini mayoritas buyer melihat semua seller sama saja, price war diutamakan, walaupun ada buyer yang bisa menyelidiki seller mana yang sudah aktif di berbagai forum online, tetapi orang awam tidak bisa membedakan.
Kredibilitas toko online sangat dipengaruhi oleh good experience. Kalau jualan barang, barangnya harus bagus, sampai ke pihak buyer juga harus bagus, packagingnya harus bagus, sampainya cepat. Hal seperti ini banyak sekali pekerjaan rumahnya, kadang di online marketplace juga ada seller yang deskripsinya tidak sesuai dengan barangnya, ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi online marketplace di Indonesia untuk bareng-bareng mengedukasi seller.
Fundraising
Fundraising itu sebenarnya alat untuk tumbuh mencapai visi kita. Tetapi saya melihat banyak startup yang menjadikannya tujuan.
Kalau kita tidak butuh alat, dan sudah punya alat lainnya ya kita tidak tidak perlu pakai.
Kalau Bukalapak, memang berbeda, sangat challenging, visinya menyediakan service bagi penjual dan pembeli supaya saling percaya via online, business modelnya unik, sekarang belum ada business model marketplace yang untung, kebanyakan tidak mengenakan charge ke user. Kompetisinya sendiri juga ketat, sehingga kami butuh “bensin” dalam bentuk fundraising supaya bisa bernafas lebih lama.
Bagaimana cara dapat fundraising? Kerja. It’s all about execution & performance, dana yang didapat itu digunakan untuk bekerja, yang menentukan nilai perusahaan kita itu ya hasil kerja kita. Kalau kerjaan kita bagus, investor akan respek dengan kita.
Kadang ada juga investor series A 10 miliar, saya bahkan harus menahan-nahan tawaran ini, karena tidak masuk akal, kami saja merasa belum show dan harus menyiapkan dapurnya.
Di Bukalapak kami cenderung ngirit dan hati-hati, tidak sembarang eksekusi strategi, hiring karyawan banyak-banyak dengan dana dari investor, saya ngetes dulu, misal kalau mau kampanye sosial media dengan target 100 ribu follower, jangan langsung bayar kanan kiri untuk tweet berbayar. Karena bisnis itu perjalanan long term, marathon, bukan sprint. Simpan dana sedikit-sedikit, yang tadinya habis 1 tahun, kalau hemat bisa tahan sampai 3 tahun. Sampai pada titik tertentu kalau kita lihat dapat tractionnya, lalu berpikir untuk expand, baru kita perlu fundraising. Misal ide kita bekerja di Jakarta, kita tes lagi di Bandung, bisa jalan, berarti make sense dong kalau kita spend budget untuk expand ke Surabaya, Semarang dan kota lainnya karena sudah ada role modelnya di Jakarta dan Bandung.
Kalau sekarang, sepeda sebagai role model tidak mudah diduplikasi ke lainnya karena momentum niche sepeda yang unik, business model kami juga belum siap untuk diduplikasi, kalau dipaksakan, kami kuatir business modelnya kurang kuat.
Saya melihat banyak startup yang besar sudah menemukan business model yang pas dan menghasilkan uang, Amazon dari awal sudah generate money, Ebay di hari pertama launching sudah generate money, untuk upload buyer harus bayar, Rakuten juga ada fixed monthly fee dan fee transaction.
Bootstrapping
Saat Bukalapak baru ada 3 orang (hanya 2 staf dan saya sendiri, 2 orang ini pun sambil mengerjakan project di Suitmedia), kami disubsidi oleh Suitmedia, resource kami sangat terbatas, it’s all about priority, kami harus fokus pada apa yang really matter.
Founder Bukalapak                                                             
Founder Suitmedia/Bukalapak awalnya saya, Achmad Zaky dan Nugroho, kami berdua dari Teknik Informatika ITB. Fajrin teman dekat saya, masuk belakangan ke Bukalapak, resign dari BCG (Boston Consulting Group), cerita tentang Fajrin ini juga menarik. Saya sendiri jujur sebelum memulai memulai ini semua, lulus kuliah saya apply ke BCG dan Mckinsey. Goal saya waktu itu Cuma 2 : Kerja di tempat yang paling bagus, which is BCG dan Mckinsey waktu itu. Tetapi saya gagal dapat pekerjaan di dua tempat ini, di dua tempat ini rata-rata mereka hanya hiring 1 orang, sangat challenging. Lalu saya rekomendasikan Fajrin, saat itu dia belum business minded, sangat scientist minded karena hobinya matematika. Fajrin ikut test, terus lolos.
Berjalan setahun, kami berdua sering saling kontak, suatu saat Fajrin bilang ke saya kalau dia bosan, kurang challenging Di BCG dia advice strategi kepada konglomerat, bagi dia “that’s it” selamanya dia jadi advisor aja, dia ingin bangun sesuatu dari nol, lalu suatu saat, saya bilang ke dia, “Suitmedia jalan nih!” Kami punya client base yang bagus, kami ada kas cukup lumayan, ada Bukalapak, saya juga cerita kalau saya lagi ngobrol dengan Takeshi Ebihara dari Batavia Incubator, lalu dia tanya “wah? Beneran nih?” lalu Fajrin ikut gabung dan ikut deal dengan investor. Saat itu saya keder juga karena saya tidak sanggup menggaji dia begitu tinggi, akhirnya saya kasih share.
Saya sendiri backgroundnya technical, waktu kuliah tingkat tiga sempat buat startup Deft Technology namanya, coding sendiri, sempat punya warung! Benar-benar offline store, jadi saya ada background bisnis dan juga teknikal. Sejak SMA saya juga sering jualan kecil-kecilan. Tapi sebenarnya waktu baru mau masuk ITB tujuan saya cari kerja bagus dengan gaji besar, tapi sambil berjalannya waktu di ITB, saya merasakan perubahan, kata orang-orang di ITB sangat entreprenerial, karena lulusannya bisa jadi role model, ada Aburizal Bakrie, Arifin Panigoro, di sana imagenya entrepreneur itu keren. Makanya pilihan saya Cuma 2 : Kerja di perusahaan seperti Mckinsey, BCG atau buat perusahaan sendiri dan perusahaannya harus jadi besar.
Kami sering membicarakan valuasi saham kami dengan detail, valuasi saham dibangun dari kerja, setiap pekerjaan yang kita buat membuat nilai pekerjaan meningkat, semakin efektif dan semakin cepat kita kerja, membuat value perusahaan cepat naik. Senantiasa kami mencari cara bagaimana kita kerja yang menghasilkan value. Kalau saya menilai perusahaan dari kas dan people, bila orang berani bayar untuk service kami, kas akan datang, makanya bagi kami, ngirit itu penting banget, harus yakin apa yang kita spend itu building value perusahaan.

 

Kondisi Lingkungan Bukalapak

Analisis matriks SWOT

1.     ST (Kekuatan Ancaman). Adanya ancaman dari situs web penyedia jasa yang sama tetapi disisi lain Bukalapak.com juga sangat mudah diakses dalam melakukan pendaftaran akun, menjual, serta membeli barang; kejelasan akan tampilan kategori dan keterangan yang lain membantu pengguna dengan mudah melakukan transaksi yang aman; website yang gampang ditemukan dengan mudah; adanya fitur-fitur yang memudahkan penjual melakukan penjualan.

2.     SO (Kekuatan Peluang). Jika para konsumen ingin memperluas bisnis penjualan online sangat membantu para konsumen salah satunya dengan menggunakan bukalapak.com dengan fitur-fitur serta inovasi-inovasi yang diberikan membantu konsumen untuk mendapatkan omset sesuai yang mereka inginkan karena berdasarkan survei melalui forum bukalapak.com banyak para konsumen yang sangat puas akan fitur-fitur yang diberikan serta proses jual-beli yang sangat menguntungkan bagi mereka (contoh: cepat mendapatkan pembelian).

3.     WO (Kelemahan Peluang). Belum ada fasilitas toko online seperti check out dan rekening belanja,barang yang sudah di set TERJUAL masih bisa dibeli oleh konsumen lain, tidak adanya rekomendasi rate tentang pembeli yang jujur.

4.     WT (Kelemahan Ancaman). Bukalapak.com memfasilitasi konsumennya dengan customer care yang bisa dihubungi (021) 7695075. Fasilitas tersebut bisa digunakan untuk menyampaikan keluhan ataupun masalah jual beli online. Selain menyediakan layanan telepon, bukalapak.com juga menyediakan fitur feedback di http://www.bukalapak.com/feedback , fitur ini memungkinkan pihak bukalapak menangani masalah dan keluhan konsumennya secara personal yang sedapat mungkin langsung ditangani.

 

Analisis Persaingan

Kelengkapan mutu pada Bukalapak.com sangatlah berkualitas sehingga banyak sekali baik konsumen maupun pelapak yangberminat untuk menjual belikan barang dagangannya di Bukalapak.com. Selain itu desain dan bentuk produknya sangat menarik dan kreatif bagi konsumen.Harga yang ditawarkan sangatlah terjangkau oleh semua kalangan masyarakat, karena pelapak biasanya menyesuaikan dengan harga-harga pasar yang ada di Indonesia. Promosi yang saat ini dijalankan melalui media-media elektronik.




Review Pribadi Mengenai Bukalapak

               Bukalapak adalah salah satu e-commerce terbesar yang ada di Indonesia, Bukalapak hadir dengan segala fitur yang memudahkan masyarakat awam untuk bias melakukan transaksi pembelian atau penjualan melalui aplikasi ini, Bukalapak sendiri hadir dalam tampilan web atau desktop dan tampilan aplikasi di smartphone. Saya sendiri menggunakan Bukalapak sejak duduk di bangku SMA atau kurang lebih 4-5 tahunan yang lalu, karena saya sadari kebutuhan seseorang akan lebih mudah terpenuhi tanpa harus kita mengunjungi toko yang kita perlukan tersebut akan tetapi itu semua bisa kita gantikan dengan adanya e-commerce salah satunya Bukalapak ini, saya adalah tipe orang yang sangat suka belanja tapi di satu sisi saya tidak suka beberlanja secara offline alias mengunjungi toko-toko tersebut, jadi bisa dibilang saya lebih suka bertransaksi secara online, dan dengan hadirnya Bukalapak ini saya sangat merasa terbantu karena akses untuk mendapatkan apa yang saya inginkan semakin mudah tercapai, minimal tiap bulan saya pasti belanja 1 atau 2 barang secara online itu angka minimal, Karena biasanya saya malah bisa lebih dari 1 barang per minggu nya hehe, karena saya juga tipe orang yang konsumtif atau boros untuk urusan belanja.
               Disisi lain Bukalapak juga menyediakan fitur penjualan untuk kita yang ingin menjual barang-barang yang dibutuhkan masyarakat lain, dan barang tersebut juga bisa berupa barang bekas, saya sendiri pun juga mempunyai toko di Bukalapak, toko tersebut saya gunakan untuk berjualan barang-barang bekas misalnya barang bekas sparepart motor, hp bekas atau apapun yang saya kira itu masih layak pakai dan ada nilai jualnya.
               Bukalapak juga menyediakan banyak kemudahan akses untuk pembeli dalam melakukan pembayaran saat berbelanja di sini, contoh kita bisa membayar transaksi pembelian lewat indomaret atau alfamart jika kita tidak mempunyai ATM tapi tentu itu akan kena biaya admin sebesar 2.500 dan sekarang ada fitur baru yaitu kita bisa membayar secara Cash On Delivery, ini sangat membantu untuk pembeli dan penjual dalam radius yang berdekatan, dan selain itu Bukalapak juga menyediakan banyak pilihan pembayaran misal lewat bank transfer, bank virtual, ataupun kredit dengan vendor lain.
               Sistem pengiriman barang di Bukalapak itu sendiri semakin lengkap dari waktu ke waktu, dengan makin lengkap nya system pengiriman di Bukalapak, masyarakat semakin bebas memilih apa yang kita inginkan tanpa adanya paksaan, dan bisa menyesuaikan budget yang diinginkan untuk biaya pengiriman karena beda jasa pengiriman tentu ada beda harga walau tidak semuanya beda terkadang untuk biaya dalam kota hanya ada sedikir sekali perbedaanya, tapi jika luar kota atau pulau itu sangat berasa perbedaanya, tapi satu hal ingat “ada harga ada kualitas” tentu harga jasa pengiriman yang mahal itu lebih baik dari segi pelayanan, estimasi sampai barang, bahkan tingkat kepuasaan konsumen itu di nomor satukan.
               Terakhir, ini adalah fitur yang paling saya sukai dari Bukalapak yaitu fitur Kode Voucher, yup di Bukalapak hampir tiap bulan selalu ada voucher baru bermunculan, biasanya voucher itu berupa gratis ongkir yang mana dengan ketentuan memakai jasa pengiriman yang telah di tentukan oleh pihak Bukalapak, tapi itu sangat tidak berpengaruh justru jasa pengiriman tersebut lah yang biasanya selalu memuaskan konsumen, selain itu Bukalapak juga menyediakan kode voucher lainya seperti voucher pulsa, voucher transportasi, voucher game, voucher penggunaan kartu bank tertentu dan lainya.


sumber :

https://howmoneyindonesia.com/2014/05/06/achmad-zaky-sukses-berbisnis-bukalapak/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bukalapak
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3058572/ini-kunci-sukses-startup-ala-bukalapak
https://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak